Hukum jual beli sperma binatang

Jual beli sperma binatang dalam pandangan fikih.


Hukum jual beli sperma binatang
Sapi kawin

Bermacam ragam saat ini yang sudah menjadi barang yang diperjualbelikan, bahkan apapun kini sudah bisa dijadikan sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Di kampung-kampung sering terjadi penjualan sperma, yaitu dengan membeli sperma untuk disuntikkan ke sapi betina, atau dengan cara menyiwa sapi jantan kepada orang lain untuk dikawinkan dengan sapi betinanya sendiri supaya bisa hamil dari perkawinan tersebut.

Pertanyaan:

Apa hukum jual beli sperma binatang baik dengan cara membeli spermanya langsung atu dengan menyiwa hewannya terlebih dulu ??

jawaban:

Hukum jual beli sperma binatang adalah haram, baik dengan langsung membeli spermanya ataupun dengan cara melalui menyiwa binatang tersebut untuk diambil spermanya (dikawinkan dengan binatang betinanya).

Catatan:

Cara agar diperbolehkan untuk mengambil manfaat pejantan binatang orang lain ialah dengan cara meminjam pejantan tersebut, setelah dikawinkan dengan hewan betinanya, orang yang meminjam pejantan tersebut memberi uang kepada pemilik pejantan itu, yaitu atas dasar pemberian hadiah karena sudah memberikan pinjaman pejantannya terhadap peminjam pejantan tersebut.

Referensi:


حاشية الجمل - (ج 10 / ص 349)( بَابٌ ) فِيمَا نُهِيَ عَنْهُ مِنْ الْبُيُوعِ وَغَيْرِهَا كَالنَّجْشِ وَالنَّهْيُ عَنْهَا قَدْ يَقْتَضِي بُطْلَانَهَا وَهُوَ الْمُرَادُ هُنَا وَقَدْ لَا يَقْتَضِيهِ وَسَيَأْتِي ( { نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَسْبِ الْفَحْلِ } ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ ( وَهُوَ ضِرَابُهُ ) طُرُوقُهُ أَيْ لِلْأُنْثَى ( وَيُقَالُ مَاؤُهُ ) وَعَلَيْهِمَا يُقَدَّرُ فِي الْخَبَرِ مُضَافٌ لِيَصِحَّ النَّهْيُ أَيْ عَنْ بَدَلِ عَسْبِ الْفَحْلِ مِنْ أُجْرَةِ ضِرَابِهِ أَوْ ثَمَنِ مَائِهِ أَيْ بَدَلِ ذَلِكَ وَأَخْذِهِ ( فَتَحْرُمُ أُجْرَتُهُ ) لِلضِّرَابِ ( وَثَمَنُ مَائِهِ ) عَمَلًا بِالْأَصْلِ فِي النَّهْيِ مِنْ التَّحْرِيمِ وَالْمَعْنَى فِيهِ أَنَّ مَاءَ الْفَحْلِ لَيْسَ بِمُتَقَوِّمٍ وَلَا مَعْلُومٍ وَلَا مَقْدُورٍ عَلَى تَسْلِيمِهِ وَضِرَابِهِ لِتَعَلُّقِهِ بِاخْتِيَارِهِ غَيْرَ مَقْدُورٍ عَلَيْهِ لِلْمَالِكِ ، وَلِمَالِكِ الْأُنْثَى أَنْ يُعْطِيَ مَالِكَ الْفَحْلِ شَيْئًا هَدِيَّةً وَإِعَارَتُهُ لِلضِّرَابِ مَحْبُوبَةٌ.حاشية الجمل - (ج 10 / ص 353)وَفِي الْمِصْبَاحِ أَيْضًا عَسَبَ الْفَحْلُ النَّاقَةَ عَسْبًا مِنْ بَابِ ضَرَبَ طَرَقَهَا وَعَسَبْت الرَّجُلَ عَسْبًا أَعْطَيْته الْكِرَاءَ عَلَى الضِّرَابِ وَنُهِيَ عَنْ عَسْبِ الْفَحْلِ وَهُوَ عَلَى حَذَفَ مُضَافٍ وَالْأَصْلُ عَنْ كِرَاءِ عَسْبِ الْفَحْلِ لِأَنَّ ثَمَرَتَهُ الْمَقْصُودَةَ غَيْرُ مَعْلُومَةٍ فَإِنَّهُ قَدْ يُلَقِّحُ وَقَدْ لَا يُلَقِّحُ فَهُوَ غَرَرٌ وَقِيلَ الْمُرَادُ الضِّرَابُ نَفْسُهُ وَهُوَ ضَعِيفٌ فَإِنَّ تَنَاسُلَ الْحَيَوَانِ مَطْلُوبٌ لِذَاتِهِ لِمَصَالِحِ الْعِبَادِ فَلَا يَكُونُ النَّهْيُ لِذَاتِهِ دَفْعًا لِلتَّنَاقُضِ بَلْ لِأَمْرٍ خَارِجٍ ا ه


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.